(
oleh Ust. Saiful Yusuf, Lc )
(The Picture was taken by )
(The Picture was taken by )
Tujuan Penyajian Materi
1. Agar
peserta tarbiyah senantiasa bersemangat untuk menuntut ilmu agama.
2. Agar
peserta tarbiyah mengetahui bahwa mempelajari agama hukumnya wajib.
3. Agar
peserta tarbiyah mengetahui bahwa ilmu agama lebih utama dari ilmu-ilmu yang
lain.
4. Agar
peserta tarbiyah mengetahui jalan untuk mendapatkan ilmu agama.
A.
Defenisi
Ilmu
1) Mengetahui
sesuatu sebagaimana adanya.
Contoh: jika
anda tahu 2+2=4 maka itu adalah ilmu tapi jika 2+2=5 maka itu bukan ilmu.
2) Yang
dimaksud dengan ilmu jika disebutkan secara mutlak dalam nash Al Qur’an dan
sunnah adalah ilmu agama. Adapun ilmu kesehatan, kedokteran ataupun lainnya
adalah ilmu yang tidak mutlak.
· Berkata Abdullah bin
Umar, RA: Ilmu itu ada tiga, kitab yang berbicara (Al Qur’an), sunnah yang
berlaku, dan perkataan saya tidak tahu.
Oleh
karena itu, jangan segan-segan mengatakan tahu jika memang perkara yang
dinyatakan kepada kita betul-betul kita tidak tahu. Jangan sok tahu!!!
· Berkata Asy Syafi’i :
Semua ilmu selain Al Qur’an menyibukkan, ilmu itu yang terdapat di dalamnya
‘qala’ dan ‘haddatsana’.
·
Berkata Ibnul Qayyim :
Ilmu itu adalah : Allah berfirman, Rasul bersabda dan para sahabat berkata.
jangan
segan-segan mengatakan tidak tahu, jika memang perkara tersebut betul-betul
kita tidak tahu. Jangan sok tahu…!!!
B.
Hukum
Menuntut Ilmu Agama
Wajib
menurut keadaan masing-masing.
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu
‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim.”(HR. Ibnu Majah)
Hal
ini tergantung kondisi masing-masing. Contoh :
1. Ilmu
tentang shalat wajib dipelajari bagi laki-laki dan perempuan yang sudah baligh
dan tidak gila
2. Ilmu
tentang zakat, tidak semua orang wajib mempelajarinya, ini wajib dipelajari
oleh orang kaya yang terkena kewajiban zakat
3. Ilmu
tentang haji wajib dipelajari oleh orang yang sudah wajib haji.
C.
Keutamaan
Ilmu Agama
1) Termasuk
amal jariyah.
“ Jika seseorang meninggal dunia maka terputus
amalnya kecuali 3 hal yaitu ilmu yang bermanfaat, amal jariyah dan do’a anak
shaleh.”
Misalnya: Ketika kita mengajarkan orang
lain tata cara shalat dan dia mengamalkannya maka setiap ia melaksanakan shalat
ia mendapatkan pahalanya dan kita juga mendapatkan pahala yang sama. Walaupun
kita tidur-tiduran di rumah dan di tempat lain orang yang pernah kita ajarkan
shalat sedang mengerjakan shalat maka pahalanya juga mengalir kepada kita.
2) Pondasi
amal, ilmu adalah dasar dalam beramal.
Imam
Bukhari menamakan satu bab dalam kitab shahihnya dengan bab Ilmu sebelum Amal.
Berdasarkan QS. Muhammad (47) ayat 19 :
Artinya
:
Maka Ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Apabila seseorang tidak punya ilmu
maka apa yang akan diamalkan dan nantinya akan diajarkan. Jika kita melakukan
sesuatu karena ilmu dan diniatkan mengikuti sunnah maka insya Allah berpahala.
Contoh :
Masuk mesjid, sunnahnya
masuk dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri, jika orang yang berilmu
maka ia akan melaksanakannya karena adanya ilmu dan melaksanakan sunnah.
Sementara orang lain yang tidak tahu itu sunnah kadang-kadang benar
kadang-kadang salah karena tidak tahu dan ketika bertepatan kaki kanan masuk
masjidi maka tetap dia tidak mendapatkan pahala karena dia mengamalkan bukan
berdasarkan ilmu dan berniat mengikuti sunnah, masuk wc pun demikian. Orang
yang berilmu setiap gerak-geriknya membawa kebaikan karena senantiasa berniat
mengamalkan sunnah.
3) Setara
dengan jihad di jalan Allah.
[ Dalilnya QS.
At-Taubah (9) ayat 122 ]
Artinya :
Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.
Menuntut
ilmu sama dengan berjihad, ketika telah terjun di dalamnya maka tidak akan
keluar. Seperti haji dan umrah sunnah tetapi jika telah ada di dalamnya maka
tidak boleh keluar, harus diselesaikan. Hidup mulia atau mati syahid.
Tidak
ada kata “tammat” menuntut ‘ilmu, kalau ada kata tammat berarti sedikit
ilmunya.
‘Ilmu itu ada
tiga jengkal
·
Orang yang sedikit
ilmunya kadang sedikit sombong.
·
Semakin dia mengetahui
ilmu maka ia akan tawadhu, karena sadar bahwa masih sedikit yang ia tahu.
·
Semakin ia mengetahui
lagi maka akan semakin haus, sama dengan jihad.
4) Makanan
ruh.
Manusia
lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman karena makanan itu dan
minumam dibutuhkan 2-3 kali sehari tetapi ‘ilmu dibutuhkan setiap saat.Kita
harus memenuhi kebutuhan jasad, ruh dan akal.
5) Allah
memerintahkan nabi-Nya untuk meminta tambahan ilmu.
[ Dalilnya QS.
Taha(20) ayat 114 ]
Artinya
:
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: “Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
[946] Maksudnya: nabi
Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi
kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat nabi Muhammad
s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Dalam ayat tersebut
Allah tidak memerintahkan untuk meminta tambahan istri, kekuasaan, ddl, tetapi
begitu pentingnya ilmu agama sehingga Allah Subhanah wa Ta’ala memerintahkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam ayat tersebut untuk meminta
tambahan ilmu, bukan yang lainnya.
6) Jalan
menuju surga
Abu Hurairah berkata bahwa
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu
agama maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Karena ketika kita menuntut ilmu
agama maka sedikit demi sedikit kita akan tahu mana yang haram dan mana yang
halal, haq dan bathil, sunnah dan bid’ah sedangkan orang yang tidak punya ilmu
maka tidak mampu membedakan halal, haram, sunnah, bid’ah dll.
Contoh: Ketika bulan Ramadhan.
7) Salah
satu dari dua perkara yang diperbolehkan hasad di dalamnya.
“Tidak boleh ada hasad
kecuali dalam dua perkara yaitu seorang yang Allah berikan harta dan Allah
memberikan jalan kepadanya untuk meninfakkan hartanya kepada orang lain dan ia
cemburu (ingin kaya juga dan menginfakkannya) dan orang yang Allah berikan
hikmah (ilmu) kepadanya dan ia sampaikan kepada orang lain.”
Maka
ia boleh cemburu. Ya.. Allah kapan saya punya ilmu juga.
8) Tidak
berkurang dengan dibagikan kepada orang lain bahkan bertambah (atsar Ali bin
Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu).
Berbeda
dengan harta yang berkurang ketika diberikan.
Ali
bin Abi Thalib mendahulukan ilmu daripada harta karena:
a. Ilmu
menjaga kita sedangkan harta kita yang harus menjaganya
b. Harta
jika dibagikan akan berkurang sedangkan ilmu jika dibagikan akan semakin
bertambah. Ilmu semakin ia diajarkan maka semakin kuat diingatan kita, semakin
dipahami.
D.
Keutamaan
Ulama dan Para Penuntut Ilmu
1) Allah
menyebutkan persaksian para ulama atas tauhid bersama persaksian Allah dan
persaksian malaikat. (QS. 3:18)
Artinya :
“Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[188] ayat Ini untuk menjelaskan martabat
orang-orang berilmu.
Persaksian para ulama disebutkan
setelah Allah menyebutkan persaksian atas diriNya dan malaikat tentang tauhid.
Subhanallah…
2) Merekalah
orang yang takut kepada Allah
[
Dalilnya QS. Faathir (35) ayat 28 ]
Artinya
:
“Dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.
[1258] yang dimaksud dengan ulama dalam
ayat Ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
3) Pewaris
para nabi.
Hal ini menunjukkan keutamaan
mereka.
“Dari Abu Darda telah bersabda
Rasulullah: “sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya
para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil
bagian yang sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits ini menunjukkan bahwa
para ulama telah mengambil warisan yang telah diwariskan oleh Rasulullah yang
merupakan warisan yang mulia.
4) Manusia
terbaik
Dari Ustman ia
berkata, telah bersabda Rasulullah: “sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
AlQur’an dan mengajarkannya.”
5) Termasuk
dalam umaraa
[
Dalilnya QS. An-Nisa (4) ayat 59 ]
Artinya
:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ulil
amri, para pemimpin dan ulama.
6) Didoakan
oleh penduduk langit dan bumi.
Artinya
:
Dari Abu Umamah bin Al Balily dia
berkata:”disebutkan kepada Rasulullah tentang dua orang shaleh, satunya ahi
ibadah dan yang lain thalabul ilmi, maka berdabda Rasulullah “keutamaan orang
yang berilmu di atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku di atas orang yang
paling rendah di antara kalian” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Darda ia berkata, “Saya
mendengar Rasulullah bersabda:”…dan sesungguhnya seseorang yang alim (berilmu)
itu dimintakan ampun oleh penduduk langit dan penduduk bumi, sampai ikan-ikan
di lautan…”(HR. Abu Daud)
7) Malaikat
merendahkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu.
Artinya
:
“…sesungguhnya para malaikat
meletakkan sayap-sayapnya untuk para penuntut ilmu karena Allah ridho, senang
dengan apa yang dilakukannya (penuntut Ilmu)”
8)
Dijauhkan dari laknat
Allah.
E.
Sarana
Mendapatkan Ilmu
1) Menghadiri
majelis ilmu.
Bersemangat
menghadiri majelis ilmu.
Contoh:
kisah pemuda yang datang kepada Sufyan Ats Tsauri.
2) Banyak
membaca
·
Membaca Al Qur’an dan terjemahan.
·
Buku-buku Islami
·
Hadits
3) Mendengarkan
kaset ceramah.
Belajar bahasa Arab agar dapat
lebih banyak mengambil manfaat dari buku-buku dan kaset ceramah yang berbahasa
Arab.
4) Bertanya
kepada para ulama.
Abdullah
bin Abbas:
“Bagaimana anda mendapatkan
ilmu yang seluas itu? Beliau menjawab:”dengan banyak bertanya dan hati yang
kuat memahami.”
Kalau tidak paham tanya, kalau
belum juga paham maka bertanya terus sampai paham. Jangan malu bertanya.
F.
Bagaimana
Bisa Menguasai Ilmu Agama
Ilmu yang kita miliki sebaiknya
tinggal dan bermanfaat.
Ilmu itu tidak sekedar untuk
dihapalkan atau dipahami tetapi ilmu itu harus melahirkan amal dan rasa takut
kepada Allah.
Seorang
sahabat berkata:
“Bukanlah ilmu sekedar memperbanyak
hafalan saja, ilmu ketika ia merasakan rasa takut kepada Allah karena ilmu
tersebut.”
1) Ikhlas
->saya belajar agama karena kewajiban, untuk mengajarkan kepada orang lain.
Rasulullah bersabda:”Barang siapa yang
mencari ilmu di antara ilmu-ilu yang dengannya mengharapkan wajah Allah dan ia
tidak mencari ilmu tersebut kecuali untuk mendapatkan kemewahan/kehormatan
dunia maka ia tidak akan mencium bau surga.”
Contoh:
belajar ilmu karena ingin dipuji, mencari popularitas -> tidak ikhlas
2) Mujahadah/kesungguhan
Tanpa adanya kesungguhan maka kita
tidak akan mendapatkan ilmu.
Contoh: kisah para sahabat yang
rela berjalan 1 bulan ke Syam untuk mendengarkan satu hadits dari sahabat yang
belum pernah ia dengar. Juga kisah sahabat yang ke Yaman, namun ditengah
perjalanan ia kehabisan bekal maka ia singgah dulu dan melanjutkan perjalanan
setelah mendapatkan uang.
3) Berdo’a
Banyak
berdo’a kepada Allah karena Allahlah yang memahamkan kita, Allah yang bisa
membuat kita banyak menghafal.
Contoh:
Ibnu Taimiyah jika terbentur pada masalah yang tidak mampu ia selesaikan maka
ia shalat dua rakaat -->berdo’a
4) Menjauhkan
diri dari maksiat
Ada murid dari Imam Syafi’i: saya
mengadu kepada guru tentang susahnya menghafal. Kenapa saya susah menghafal?,
maka ia beri petunjuk kepada saya supaya meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan
dan diajarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan
diberikan kepada orang yang bermaksiat. Karena maksiat akan mengotori hati.
5) Meninggalkan
sifat sombong dan malu
6) Mulazamah
dengan para ulama
Selalu bersama dengan para ulama.
Selalu berusaha mengambil ilmunya. Belajar jangan angin-anginan, kalau semangat
rajin datang tapi kalau malas tidur saja di rumah. Kita bisa melihat bagaimana
ulama mengamalkan ilmunya.
Imam Ahmad yang memiliki banyak
pendengar tentunya dari ribuan yang hadir tidak semua mampu mendengar yang
disampaikan dalam majelisnya, yang dekat mampu mendengar tetapi yang jauh akan
mengambil akhlaknya, bagaimana mengamalkan ilmunya.
Murid Ibnu Taimiyah, baru melihat
wajah beliau saja mereka sudah bersemangat. Subhanallah. Itulah seorang alim
yang bermanfaat.
Untuk itu tidak cukup hanya belajar
dengan otodidak saja, hanya lewat buku, tetapi harus ada ulama yang
mendampingi.
Contoh
:
Kesalahan cetak Al Habbatussaudah:
Jintan hitam menjadi Al Hayyatussaudah: Ular hitam yang paling berbisa. Bisa
salah faham jika tidak punya guru untuk meluruskannya.
7) Mengamalkan
ilmu
Agar ilmu kita berberkah,
bermanfaat maka kita harus mengamalkan. Agar tidak sekedar menunjuk-nunjuk.
Kita belajar agama karena kita mau amalkan, karena kita mau mengajarkan kepada
orang lain untuk mengumpulkan pahala yang banyak.
Imam Ahmad pernah kedatangan murid,
‘saya heran ada seorang penuntut ilmu yang tidak ad wiridnya/ibadahnya di waktu
malam.”
Ikatlah
ilmu dengan amal.
Sumber :
1 komentar:
Partisipasi dan amal jariyah dalam perluasan dan pembangunan masjidil
haram dan masjid Nabawi
1. Niat Ibadah ( dari Allah,Karena Allah dan untuk Allah)
2. Membawa beberapa batu kerikil kecil yang Haq dari tanah air
3. Point no 2 dapat dibawa sendiri/ dititipkan kepada Jamaah yang akan
berangkat Umroh dan Haji
4. Batu kerikil diletakkan diarea yg sedang dibangun/di Cor semen
5. Atau dititipkan kepada pekerja pembangunan agar diletakkan ditempat
tersebut
6. Mudah-mudahan Allah Ridho dengan apa yang kita kerjakan
* Umumnya waqaf qur'an
* Tidak ada kotak amal di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
* Mungkin Batu kerikil tidak berarti untuk sebagian orang,akan tetapi
jika diletakkan di kedua Masjid tersebut,paling tidak batu kerikil ini
akan menjadi bagian terkecil dari bangunan tersebut.
* Moment Perluasan dan Pembangunan Masjidil haram dan Masjid Nabawi
Posting Komentar