Pages

Sabtu, 30 Januari 2016

Fadhilah Ilmu dan Penuntut Ilmu

( oleh Ust. Saiful Yusuf, Lc )


(The Picture was taken by www.voa-islam.com )

Tujuan  Penyajian  Materi
1.    Agar peserta tarbiyah senantiasa bersemangat untuk menuntut ilmu agama.
2.    Agar peserta tarbiyah mengetahui bahwa mempelajari agama hukumnya wajib.
3.    Agar peserta tarbiyah mengetahui bahwa ilmu agama lebih utama dari ilmu-ilmu yang lain.
4.    Agar peserta tarbiyah mengetahui jalan untuk mendapatkan ilmu agama.


A.   Defenisi Ilmu
1)     Mengetahui sesuatu sebagaimana adanya.
Contoh: jika anda tahu 2+2=4 maka itu adalah ilmu tapi jika 2+2=5 maka itu bukan ilmu.
2)     Yang dimaksud dengan ilmu jika disebutkan secara mutlak dalam nash Al Qur’an dan sunnah adalah ilmu agama. Adapun ilmu kesehatan, kedokteran ataupun lainnya adalah ilmu yang tidak mutlak.
·    Berkata Abdullah bin Umar, RA: Ilmu itu ada tiga, kitab yang berbicara (Al Qur’an), sunnah yang berlaku, dan perkataan saya tidak tahu.
Oleh karena itu, jangan segan-segan mengatakan tahu jika memang perkara yang dinyatakan kepada kita betul-betul kita tidak tahu. Jangan sok tahu!!!
·    Berkata Asy Syafi’i : Semua ilmu selain Al Qur’an menyibukkan, ilmu itu yang terdapat di dalamnya ‘qala’ dan ‘haddatsana’.
·         Berkata Ibnul Qayyim : Ilmu itu adalah : Allah berfirman, Rasul bersabda dan para sahabat berkata.
jangan segan-segan mengatakan tidak tahu, jika memang perkara tersebut betul-betul kita tidak tahu. Jangan sok tahu…!!!

B.   Hukum Menuntut Ilmu Agama
Wajib menurut keadaan masing-masing.
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”(HR. Ibnu Majah)


Hal ini tergantung kondisi masing-masing. Contoh :
1.      Ilmu tentang shalat wajib dipelajari bagi laki-laki dan perempuan yang sudah baligh dan tidak gila
2.      Ilmu tentang zakat, tidak semua orang wajib mempelajarinya, ini wajib dipelajari oleh orang kaya yang terkena kewajiban zakat
3.      Ilmu tentang haji wajib dipelajari oleh orang yang sudah wajib haji.

C.   Keutamaan Ilmu Agama
1)     Termasuk amal jariyah.
 “ Jika seseorang meninggal dunia maka terputus amalnya kecuali 3 hal yaitu ilmu yang bermanfaat, amal jariyah dan do’a anak shaleh.”
Misalnya: Ketika kita mengajarkan orang lain tata cara shalat dan dia mengamalkannya maka setiap ia melaksanakan shalat ia mendapatkan pahalanya dan kita juga mendapatkan pahala yang sama. Walaupun kita tidur-tiduran di rumah dan di tempat lain orang yang pernah kita ajarkan shalat sedang mengerjakan shalat maka pahalanya juga mengalir kepada kita.
2)     Pondasi amal, ilmu adalah dasar dalam beramal.
Imam Bukhari menamakan satu bab dalam kitab shahihnya dengan bab Ilmu sebelum Amal. Berdasarkan QS. Muhammad (47) ayat 19 :
Artinya :
Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Apabila seseorang tidak punya ilmu maka apa yang akan diamalkan dan nantinya akan diajarkan. Jika kita melakukan sesuatu karena ilmu dan diniatkan mengikuti sunnah maka insya Allah berpahala.
Contoh  :
Masuk mesjid, sunnahnya masuk dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri, jika orang yang berilmu maka ia akan melaksanakannya karena adanya ilmu dan melaksanakan sunnah. Sementara orang lain yang tidak tahu itu sunnah kadang-kadang benar kadang-kadang salah karena tidak tahu dan ketika bertepatan kaki kanan masuk masjidi maka tetap dia tidak mendapatkan pahala karena dia mengamalkan bukan berdasarkan ilmu dan berniat mengikuti sunnah, masuk wc pun demikian. Orang yang berilmu setiap gerak-geriknya membawa kebaikan karena senantiasa berniat mengamalkan sunnah.
3)    Setara dengan jihad di jalan Allah.
[ Dalilnya   QS. At-Taubah (9) ayat 122 ]
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Menuntut ilmu sama dengan berjihad, ketika telah terjun di dalamnya maka tidak akan keluar. Seperti haji dan umrah sunnah tetapi jika telah ada di dalamnya maka tidak boleh keluar, harus diselesaikan. Hidup mulia atau mati syahid.
Tidak ada kata “tammat” menuntut ‘ilmu, kalau ada kata tammat berarti sedikit ilmunya.
‘Ilmu itu ada tiga jengkal
·         Orang yang sedikit ilmunya kadang sedikit sombong.
·         Semakin dia mengetahui ilmu maka ia akan tawadhu, karena sadar bahwa masih sedikit yang ia tahu.
·         Semakin ia mengetahui lagi maka akan semakin haus, sama dengan jihad.

4)    Makanan ruh.
Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman karena makanan itu dan minumam dibutuhkan 2-3 kali sehari tetapi ‘ilmu dibutuhkan setiap saat.Kita harus memenuhi kebutuhan jasad, ruh dan akal.

5)    Allah memerintahkan nabi-Nya untuk meminta tambahan ilmu.
[ Dalilnya   QS. Taha(20) ayat 114 ]
Artinya :
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
[946] Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Dalam ayat tersebut Allah tidak memerintahkan untuk meminta tambahan istri, kekuasaan, ddl, tetapi begitu pentingnya ilmu agama sehingga Allah Subhanah wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam ayat tersebut untuk meminta tambahan ilmu, bukan yang lainnya.

6)    Jalan menuju surga
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu agama maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Karena ketika kita menuntut ilmu agama maka sedikit demi sedikit kita akan tahu mana yang haram dan mana yang halal, haq dan bathil, sunnah dan bid’ah sedangkan orang yang tidak punya ilmu maka tidak mampu membedakan halal, haram, sunnah, bid’ah dll.
Contoh:  Ketika bulan Ramadhan.

7)    Salah satu dari dua perkara yang diperbolehkan hasad di dalamnya.
“Tidak boleh ada hasad kecuali dalam dua perkara yaitu seorang yang Allah berikan harta dan Allah memberikan jalan kepadanya untuk meninfakkan hartanya kepada orang lain dan ia cemburu (ingin kaya juga dan menginfakkannya) dan orang yang Allah berikan hikmah (ilmu) kepadanya dan ia sampaikan kepada orang lain.”
Maka ia boleh cemburu. Ya.. Allah kapan saya punya ilmu juga.
8)    Tidak berkurang dengan dibagikan kepada orang lain bahkan bertambah (atsar Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu).
Berbeda dengan harta yang berkurang ketika diberikan.
Ali bin Abi Thalib mendahulukan ilmu daripada harta karena:
a.   Ilmu menjaga kita sedangkan harta kita yang harus menjaganya
b.   Harta jika dibagikan akan berkurang sedangkan ilmu jika dibagikan akan semakin bertambah. Ilmu semakin ia diajarkan maka semakin kuat diingatan kita, semakin dipahami.

D.   Keutamaan Ulama dan Para Penuntut Ilmu
1)    Allah menyebutkan persaksian para ulama atas tauhid bersama persaksian Allah dan persaksian malaikat. (QS. 3:18)
Artinya :
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[188] ayat Ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

Persaksian para ulama disebutkan setelah Allah menyebutkan persaksian atas diriNya dan malaikat tentang tauhid. Subhanallah…

2)    Merekalah orang yang takut kepada Allah
[ Dalilnya  QS. Faathir (35) ayat 28 ]
Artinya :
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
[1258] yang dimaksud dengan ulama dalam ayat Ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.

3)    Pewaris para nabi.
Hal ini menunjukkan keutamaan mereka.
“Dari Abu Darda telah bersabda Rasulullah: “sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits ini menunjukkan bahwa para ulama telah mengambil warisan yang telah diwariskan oleh Rasulullah yang merupakan warisan yang mulia.

4)    Manusia terbaik
Dari Ustman ia berkata, telah bersabda Rasulullah: “sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya.”

5)    Termasuk dalam umaraa
[ Dalilnya  QS. An-Nisa (4) ayat 59 ]
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ulil amri, para pemimpin dan ulama.

6)    Didoakan oleh penduduk langit dan bumi.
Artinya :
Dari Abu Umamah bin Al Balily dia berkata:”disebutkan kepada Rasulullah tentang dua orang shaleh, satunya ahi ibadah dan yang lain thalabul ilmi, maka berdabda Rasulullah “keutamaan orang yang berilmu di atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku di atas orang yang paling rendah di antara kalian” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Darda ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda:”…dan sesungguhnya seseorang yang alim (berilmu) itu dimintakan ampun oleh penduduk langit dan penduduk bumi, sampai ikan-ikan di lautan…”(HR. Abu Daud)

7)    Malaikat merendahkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu.
Artinya :
“…sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk para penuntut ilmu karena Allah ridho, senang dengan apa yang dilakukannya (penuntut Ilmu)”

8)   Dijauhkan dari laknat Allah.

E.   Sarana Mendapatkan Ilmu
1)    Menghadiri majelis ilmu.
Bersemangat menghadiri majelis ilmu.
Contoh: kisah pemuda yang datang kepada Sufyan Ats Tsauri.
         2)    Banyak membaca
·      Membaca Al Qur’an dan terjemahan.
·      Buku-buku Islami
·      Hadits
         3)    Mendengarkan kaset ceramah.
Belajar bahasa Arab agar dapat lebih banyak mengambil manfaat dari buku-buku dan kaset ceramah yang berbahasa Arab.
         4)    Bertanya kepada para ulama.
Abdullah bin Abbas:
“Bagaimana anda mendapatkan ilmu yang seluas itu? Beliau menjawab:”dengan banyak bertanya dan hati yang kuat memahami.”
Kalau tidak paham tanya, kalau belum juga paham maka bertanya terus sampai paham. Jangan malu bertanya.

F.   Bagaimana Bisa Menguasai Ilmu Agama
Ilmu yang kita miliki sebaiknya tinggal dan bermanfaat.
Ilmu itu tidak sekedar untuk dihapalkan atau dipahami tetapi ilmu itu harus melahirkan amal dan rasa takut kepada Allah.
Seorang sahabat berkata:
“Bukanlah ilmu sekedar memperbanyak hafalan saja, ilmu ketika ia merasakan rasa takut kepada Allah karena ilmu tersebut.”
     1)    Ikhlas ->saya belajar agama karena kewajiban, untuk mengajarkan kepada orang lain.
Rasulullah bersabda:”Barang siapa yang mencari ilmu di antara ilmu-ilu yang dengannya mengharapkan wajah Allah dan ia tidak mencari ilmu tersebut kecuali untuk mendapatkan kemewahan/kehormatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga.”
Contoh: belajar ilmu karena ingin dipuji, mencari popularitas -> tidak ikhlas

          2)    Mujahadah/kesungguhan
Tanpa adanya kesungguhan maka kita tidak akan mendapatkan ilmu.
Contoh: kisah para sahabat yang rela berjalan 1 bulan ke Syam untuk mendengarkan satu hadits dari sahabat yang belum pernah ia dengar. Juga kisah sahabat yang ke Yaman, namun ditengah perjalanan ia kehabisan bekal maka ia singgah dulu dan melanjutkan perjalanan setelah mendapatkan uang.

        3)    Berdo’a
Banyak berdo’a kepada Allah karena Allahlah yang memahamkan kita, Allah yang bisa membuat kita banyak menghafal.
Contoh: Ibnu Taimiyah jika terbentur pada masalah yang tidak mampu ia selesaikan maka ia shalat dua rakaat  -->berdo’a

         4)    Menjauhkan diri dari maksiat
Ada murid dari Imam Syafi’i: saya mengadu kepada guru tentang susahnya menghafal. Kenapa saya susah menghafal?, maka ia beri petunjuk kepada saya supaya meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan diajarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. Karena maksiat akan mengotori hati.

5)    Meninggalkan sifat sombong dan malu

6)    Mulazamah dengan para ulama
Selalu bersama dengan para ulama. Selalu berusaha mengambil ilmunya. Belajar jangan angin-anginan, kalau semangat rajin datang tapi kalau malas tidur saja di rumah. Kita bisa melihat bagaimana ulama mengamalkan ilmunya.
Imam Ahmad yang memiliki banyak pendengar tentunya dari ribuan yang hadir tidak semua mampu mendengar yang disampaikan dalam majelisnya, yang dekat mampu mendengar tetapi yang jauh akan mengambil akhlaknya, bagaimana mengamalkan ilmunya.
Murid Ibnu Taimiyah, baru melihat wajah beliau saja mereka sudah bersemangat. Subhanallah. Itulah seorang alim yang bermanfaat.
Untuk itu tidak cukup hanya belajar dengan otodidak saja, hanya lewat buku, tetapi harus ada ulama yang mendampingi.
Contoh :
Kesalahan cetak Al Habbatussaudah: Jintan hitam menjadi Al Hayyatussaudah: Ular hitam yang paling berbisa. Bisa salah faham jika tidak punya guru untuk meluruskannya.

7)    Mengamalkan ilmu
Agar ilmu kita berberkah, bermanfaat maka kita harus mengamalkan. Agar tidak sekedar menunjuk-nunjuk. Kita belajar agama karena kita mau amalkan, karena kita mau mengajarkan kepada orang lain untuk mengumpulkan pahala yang banyak.
Imam Ahmad pernah kedatangan murid, ‘saya heran ada seorang penuntut ilmu yang tidak ad wiridnya/ibadahnya di waktu malam.”
Ikatlah ilmu dengan amal.

Sumber :

1 komentar:

Abdullah Cilebok mengatakan...

Partisipasi dan amal jariyah dalam perluasan dan pembangunan masjidil
haram dan masjid Nabawi

1. Niat Ibadah ( dari Allah,Karena Allah dan untuk Allah)
2. Membawa beberapa batu kerikil kecil yang Haq dari tanah air
3. Point no 2 dapat dibawa sendiri/ dititipkan kepada Jamaah yang akan
berangkat Umroh dan Haji
4. Batu kerikil diletakkan diarea yg sedang dibangun/di Cor semen
5. Atau dititipkan kepada pekerja pembangunan agar diletakkan ditempat
tersebut
6. Mudah-mudahan Allah Ridho dengan apa yang kita kerjakan

* Umumnya waqaf qur'an
* Tidak ada kotak amal di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
* Mungkin Batu kerikil tidak berarti untuk sebagian orang,akan tetapi
jika diletakkan di kedua Masjid tersebut,paling tidak batu kerikil ini
akan menjadi bagian terkecil dari bangunan tersebut.
* Moment Perluasan dan Pembangunan Masjidil haram dan Masjid Nabawi

Posting Komentar