Pages

Minggu, 25 Oktober 2015

KAIDAH ALQURAN DALAM KEHIDUPAN [7]

       🔖 50 Kaidah Kehidupan dalam Alquran
          Oleh :  Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil

📜 Cobalah bolak-balik kisah dalam Alquran, lembaran-lembaran sejarah, atau menganalisa realita yang ada, niscaya kita temukan pelajaran-pelajaran dan bukti -bukti yang sangat banyak. Berikut diangkat beberapa untuk mewakili semuanya:
1.  Kisah Ibu Nabi Musa Alaihissalam yang membuang anaknya ke laut. Jika dilihat betapa kecemasan dan ketakutan yang luar biasa menghinggapi saat mengetahui anaknya berada di tangan keluarga raja Fir’aun. Tetapi, tanpa dia sangka tragedi itu berbuah manis di kemudian hari. Ini tergambar di penghujung ayat dalam kaidah di atas “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 216)
2.      Perhatikan dengan seksama kisah hidup Nabi Yusuf Alaihissalam maka ditemukan bahwa kaidah ini cukup menggambarkan drama mengharukan antara Nabi Yusuf dan sang ayah, Nabi Ya’qub Alaihimassalam.
3.    Lihatlah kisah bocah laki-laki yang dibunuh oleh Nabi Al-Khidhir atas perintah langsung dari Allah, maka Al-Khidhir mengajukan alasan dengan kata-katanya yang diabadikan di dalam Al Qur’an dalam Surat Al Kahfi ayat 80-81 berikut:

Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran.
Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).
(QS. Al-Kahfi 80-81)
Andai  orang yang belum dikarunia anak menghayati ayat di atas ( Al Kahfi 80-81), bukan hanya untuk menghilangkan keresahan saja, tetapi juga memperoleh ketenangan jiwa dan kelapangan dada.
Andai ia melihat ujian itu dengan kacamata anugrah dan Allah mencurahkan anugrah ini karena kasih sayang yang besar kepadanya, karena ia tidak tahu; mungkin jika ia diberi anak maka anak itu akan menyebabkan celaka untuk kedua orang tuanya, membuat derita dan mencoreng nama baik keduanya.

[KEPUTUSAN ALLAH ADALAH YANG TERBAIK]
4.      Sebelum perang Badar berkecamuk. Alquran telah terlebih dulu mengajari kaidah ini kepada kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman dalam Qs Al Anfal: 5-6
Artinya :
5) Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
6) mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
Betapa banyak Allah mencurahkan kebaikan, kemuliaan dan kehormatan kepada kaum Muslimim setelah perang Badar yang sebelumnya opsi perang itu tidak disukai oleh para sahabat
5.      Di dalam hadits terdapat banyak sekali contoh terkait kaidah di atas. Di antaranya adalah ketika Abu Salamah, suami Ummu Salamah meninggal dunia, maka Ummu Salamah Radhiyallhu Anha berkata, "Aku mendengar Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan doa yang diperintahkan oleh Allah:
"Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, limpahkan pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku dan berikanlah gantinya yang lebih baik. Kecuali Allah akan memberi gantinya yang lebih baik".
Ummu Salamah berkata, "Ketika Abu Salamah meninggal dunia aku bertanya, "Siapa di antara seorang Mukmin yang lebih baik dari Abu Salamah?! Siapa dintara seorang Mukmin yang lebih baik dari Abu Salamah?! Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah?! Kemudian aku mengucapkan doa di atas. Lalu Allah menggantikannya dengan Rasulullah Shallalahu Ailaihi wa Sallam. (HR. Muslim)
💭 Renungkanlah perasaan yang mengharu biru Ummu Salamah saat kehilangan orang tercinta. Perasaan seperti senantiasa menghampiri setiap wanita yang ditinggal oleh seseorang yang paling berarti bagi dirinya, 'Laki-Laki mana yang lebih baik darinya?!' Ketika Ummu Salamah menjalankan apa yang diperintahkan untuk dilakukan saat menerima musibah; bersabar, membaca istirja’ (kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) dan mengucapkan doa di atas, maka Allah menggantikannya dengan yang terbaik yang tidak ia bayangkan sebelumnya.
📋 Jadi, wanita muslimah tidak mesti kebahagiaannya terbatas atau terpancar dari satu pintu dari beberapa pintu kehidupan. Benar, bahwa kesedihan yang datang mendadak tidak dapat dihindari, bahkan oleh seorang nabi sekalipun! Tetapi sesuatu yang tidak boleh terjadi adalah terbatasnya kebahagiaan atau kehidupan pada satu warna saja atau ditautkan dengan satu orang atau satu guru saja.
6.      Dalam realitas kehidupan terdapat banyak cerita yang menjadi contoh konkrit kaidah di atas. Saya akan mengangkat satu saja:
💭 Suatu saat seseorang tiba di bandara. Dia terlihat sangat capek dan payah, maka kantuk pun tak sanggup ditangkalnya sampai pesawat dengan banyak penumpang lepas landas meninggalkannya, ketika ia terbangun dan mengetahui bahwa pesawat yang seharusnya ia tumpangi telah lepas landas jauh darinya, dan ia gagal pergi, maka ia sedih, menyesal dan marah. Hanya beberapa menit berselang terdengar berita yang memberitahukan bahwa pesawat yang barusan lepas landas jatuh dan semua penumpangnya tewas terpanggang di dalamnya.
❓ Pertanyaannya, bukankah kantuknya dan juga batal perjalanannya menyelamatkan nyawa laki-laki itu?! Lalu, dimanakah orang-orang yang mau mengambil pelajaran dari semua kejadian yang berseliweran di depannya?!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
📋 Inti semua ini adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang penyair:

💡 SESEORANG SEHARUSNYA BERUSAHA SEKUAT TENAGANYA MENDAPATKAN KEBAIKAN. TETAPI IA TIDAK AKAN BISA MENETAPKAN KEBERHASILANNYA.
🔘 Seseorang harus berserah diri kepada Allah secara total setelah bersungguh-sungguh melakukan segala hal yang menjembatani kesuksesannya. Jika dikemudian hari hasilnya tidak sesuai yang diimpikan maka hendaknya menghadirkan kaidah Alquran yang mulia ini.
🔘 Ia juga harus sadar bahwa termasuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia menimpakan perbagai macam musibah, cobaan hidup, perintah dan larangan-Nya yang sangat berat kepada hamba-Nya dengan tujuan menuntun mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya.
🔘 Termasuk kasih-Nya yang agung adalah Dia tidak menjadikan kehidupan umat manusia bergantung secara total kecuali kepada-Nya, sehingga kehilangan satu hal bisa diganti secara penuh, atau sebagian saja.

💡 SETIAP SESUATU JIKA KAMU HILANGKAN PASTI ADA PENGGANTINYA
TETAPI, JIKA KAMU MENYIA-NYIAKAN ALLAH MAKA TIADA GANTI-NYA

      🔖 50 Kaidah Kehidupan dalam Alquran, Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil
by :  Tafsir Inspirasi  (ki-tap.blogspot.co.id)


0 komentar:

Posting Komentar