50
Kaidah Kehidupan dalam Alquran
Oleh
: Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil
Cobalah bolak-balik kisah dalam Alquran, lembaran-lembaran sejarah, atau
menganalisa realita yang ada, niscaya kita temukan pelajaran-pelajaran dan
bukti -bukti yang sangat banyak. Berikut diangkat beberapa untuk mewakili
semuanya:
1. Kisah Ibu Nabi Musa Alaihissalam
yang membuang anaknya ke laut. Jika dilihat betapa kecemasan dan ketakutan yang
luar biasa menghinggapi saat mengetahui anaknya berada di tangan keluarga raja
Fir’aun. Tetapi, tanpa dia sangka tragedi itu berbuah manis di kemudian hari.
Ini tergambar di penghujung ayat dalam kaidah di atas “Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 216)
2.
Perhatikan dengan seksama kisah
hidup Nabi Yusuf Alaihissalam maka ditemukan bahwa kaidah ini cukup
menggambarkan drama mengharukan antara Nabi Yusuf dan sang ayah, Nabi Ya’qub
Alaihimassalam.
3. Lihatlah kisah bocah laki-laki
yang dibunuh oleh Nabi Al-Khidhir atas perintah langsung dari Allah, maka
Al-Khidhir mengajukan alasan dengan kata-katanya yang diabadikan di dalam Al
Qur’an dalam Surat Al Kahfi ayat 80-81 berikut:
Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran.
Kemudian
kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak
lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada
ibu bapaknya).
(QS. Al-Kahfi 80-81)
Andai orang yang belum dikarunia anak menghayati
ayat di atas ( Al Kahfi 80-81), bukan hanya untuk menghilangkan keresahan saja,
tetapi juga memperoleh ketenangan jiwa dan kelapangan dada.
Andai ia melihat ujian itu dengan
kacamata anugrah dan Allah mencurahkan anugrah ini karena kasih sayang yang
besar kepadanya, karena ia tidak tahu; mungkin jika ia diberi anak maka anak
itu akan menyebabkan celaka untuk kedua orang tuanya, membuat derita dan
mencoreng nama baik keduanya.
[KEPUTUSAN ALLAH ADALAH YANG
TERBAIK]
4.
Sebelum perang Badar berkecamuk.
Alquran telah terlebih dulu mengajari kaidah ini kepada kaum muslimin. Allah
Ta’ala berfirman dalam Qs Al Anfal: 5-6
Artinya :
5) Sebagaimana
Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya
sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
6) mereka membantahmu tentang
kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau
kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
Betapa banyak Allah mencurahkan kebaikan,
kemuliaan dan kehormatan kepada kaum Muslimim setelah perang Badar yang
sebelumnya opsi perang itu tidak disukai oleh para sahabat
5.
Di dalam hadits terdapat banyak
sekali contoh terkait kaidah di atas. Di antaranya adalah ketika Abu Salamah,
suami Ummu Salamah meninggal dunia, maka Ummu Salamah Radhiyallhu Anha berkata,
"Aku mendengar Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan doa yang
diperintahkan oleh Allah:
"Sesungguhnya
kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, limpahkan pahala
kepadaku atas musibah yang menimpaku dan berikanlah gantinya yang lebih baik.
Kecuali Allah akan memberi gantinya yang lebih baik".
Ummu Salamah berkata, "Ketika Abu Salamah meninggal dunia aku
bertanya, "Siapa di antara seorang Mukmin yang lebih baik dari Abu
Salamah?! Siapa dintara seorang Mukmin yang lebih baik dari Abu Salamah?!
Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah?! Kemudian
aku mengucapkan doa di atas. Lalu Allah menggantikannya dengan Rasulullah
Shallalahu Ailaihi wa Sallam. (HR. Muslim)
Renungkanlah perasaan yang mengharu biru Ummu
Salamah saat kehilangan orang tercinta. Perasaan seperti senantiasa menghampiri
setiap wanita yang ditinggal oleh seseorang yang paling berarti bagi dirinya,
'Laki-Laki mana yang lebih baik darinya?!' Ketika Ummu Salamah menjalankan apa
yang diperintahkan untuk dilakukan saat menerima musibah; bersabar, membaca istirja’
(kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) dan mengucapkan doa di atas, maka
Allah menggantikannya dengan yang terbaik yang tidak ia bayangkan sebelumnya.
Jadi, wanita muslimah tidak mesti
kebahagiaannya terbatas atau terpancar dari satu pintu dari beberapa pintu
kehidupan. Benar, bahwa kesedihan yang datang mendadak tidak dapat dihindari,
bahkan oleh seorang nabi sekalipun! Tetapi sesuatu yang tidak boleh terjadi
adalah terbatasnya kebahagiaan atau kehidupan pada satu warna saja atau ditautkan
dengan satu orang atau satu guru saja.
6.
Dalam realitas kehidupan terdapat
banyak cerita yang menjadi contoh konkrit kaidah di atas. Saya akan mengangkat
satu saja:
Suatu
saat seseorang tiba di bandara. Dia terlihat sangat capek dan payah, maka
kantuk pun tak sanggup ditangkalnya sampai pesawat dengan banyak penumpang
lepas landas meninggalkannya, ketika ia terbangun dan mengetahui bahwa pesawat
yang seharusnya ia tumpangi telah lepas landas jauh darinya, dan ia gagal
pergi, maka ia sedih, menyesal dan marah. Hanya beberapa menit berselang
terdengar berita yang memberitahukan bahwa pesawat yang barusan lepas landas
jatuh dan semua penumpangnya tewas terpanggang di dalamnya.
Pertanyaannya,
bukankah kantuknya dan juga batal perjalanannya menyelamatkan nyawa laki-laki
itu?! Lalu, dimanakah orang-orang yang mau mengambil pelajaran dari semua
kejadian yang berseliweran di depannya?!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Inti
semua ini adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang penyair:
SESEORANG SEHARUSNYA BERUSAHA SEKUAT TENAGANYA MENDAPATKAN KEBAIKAN. TETAPI IA TIDAK AKAN BISA MENETAPKAN KEBERHASILANNYA.
Seseorang
harus berserah diri kepada Allah secara total setelah bersungguh-sungguh
melakukan segala hal yang menjembatani kesuksesannya. Jika dikemudian hari
hasilnya tidak sesuai yang diimpikan maka hendaknya menghadirkan kaidah Alquran
yang mulia ini.
Ia
juga harus sadar bahwa termasuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya
adalah Dia menimpakan perbagai macam musibah, cobaan hidup, perintah dan
larangan-Nya yang sangat berat kepada hamba-Nya dengan tujuan menuntun mereka
menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya.
Termasuk
kasih-Nya yang agung adalah Dia tidak menjadikan kehidupan umat manusia
bergantung secara total kecuali kepada-Nya, sehingga kehilangan satu hal bisa
diganti secara penuh, atau sebagian saja.
SETIAP
SESUATU JIKA KAMU HILANGKAN PASTI ADA PENGGANTINYA
TETAPI,
JIKA KAMU MENYIA-NYIAKAN ALLAH MAKA TIADA GANTI-NYA
50
Kaidah Kehidupan dalam Alquran, Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil
0 komentar:
Posting Komentar